PELUANG DAN TANTANGAN PANGSA PASAR UMKM BATIK MELALUI OPTIMALISASI PEMASARAN DIGITAL BERBASIS WEB DI ERA REVOLUSI 4.0
Nama               : Ahya Dina Lathifah 
Nim                 : 20101011154
Kelas               :
A4 Manajemen 2020
Matkul             :
Digital Marketing
Dosen              :
Andi Tri Haryono S.E., M.M.
PELUANG
DAN TANTANGAN PANGSA PASAR UMKM BATIK MELALUI OPTIMALISASI PEMASARAN DIGITAL
BERBASIS WEB DI ERA REVOLUSI 4.0
Digitalisasi memberi
peluang besar bagi peningkatan pasar Usaha Menengah,Kecil, dan Mikro
(UMKM).   Pelaku   UMKM  
dituntut   menjadi   bagian  
dari   komunitas   global dengan memanfaatkan  teknologi 
informasi  melalui  e-business  ketika 
menghadapi  persaingan, strategi
bisnis  pemasaran dan promosi produk UMKM
dengan menggunakan media  sosial  di 
internet  merupakan  salah 
satu  hal  yang 
perlu  dilakukan  untuk 
memperluas jaringan pasar. 
Digitalisasi juga berdampak
pada perubahan selera belanja konsumen dari belanja konvensional menjadi
belanja melalui aplikasi atau via digital dengan alasan lebih praktis, cepat,
tanpa  biaya  tambahan, 
meskipun  pasar  konvensional 
menawarkan  fasilitas  fisik 
yang  sangat nyaman dan hampir tidak
ada celah.
Strategi meningkatkan
penjualan di era digital harus memperhatikan aspek kemudahan, efisiensi,  harga, 
kemudahan  pembayaran,  dan 
pelayanan  yang  baik. Bentuk pemasaran
digitalsalahsatunyaadalahwebsite. 
Media  promosi  dalam 
bentuk  website  adalah 
media  yang lebih murah
dibandingkan dengan media promosilainnya misalnya media cetak dan media massa.
Situs  web  memiliki 
fungsi  yang  lebih 
luas  tetapi  diperlukan 
pengoptimalan  pemanfaatan  web dengan cara memperhatikan isi atau konten
dari web. Beberapa faktor  yang  mendorong 
urgensi  pemasaran  digital 
berbasis  website  adalah mengembangkan customer
relationship  management yang  meningkatkan 
hubungan  jangka
Kementerian
Perindustrian mengatakan nilai ekspor produk batik Indonesia pada semester satu
2022 mencapai 27,42 juta dolar AS. Hari Batik Nasional merupakan bagian yang
tidak terpisahkan atas pengukuhan badan PBB, UNESCO bahwa batik Indonesia
menjadi warisan budaya tak benda peninggalan budaya dunia, yang ditetapkan pada
2 Oktober 2022.
Pengukuhan UNESCO itu
menjadi suatu kebanggaan dan sekaligus tantangan bagi bangsa Indonesia, karena
seluruh pemangku kepentingan batik di Indonesia dituntut untuk terus
melestarikan dan melindungi batik sebagai warisan budaya yang berkelanjutan.
Dari sudut pandang industri batik juga telah mendorong banyak daerah untuk bisa
memiliki ciri khas dan motif yang mewakili unsur kearifan lokal. Di sisi lain,
tema Hari Batik Nasional itu juga sejalan dengan Presidensi G20 “Recover
Together, Recover Stronger” yang tercermin dari besarnya tenaga kerja yang
bergantung pada industri ini. Keberadaan industri batik Nusantara inilah yang
diharapkan mampu menjadi sarana pemersatu Indonesia untuk pulih dan bangkit
dari dampak pandemi yang saat ini tengah berlangsung.
Status wilayah
penghasil batik masih melekat pada Pulau Jawa. Delapan puluh tujuh persen
industri batik di Indonesia tersebar di Jawa Barat (38,42%), Jawa Tengah
(26,22%), Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (19,52%), Jawa Timur (2,66%), Banten
(0,23%), dan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta (0,05%) sedangkan di luar
Pulau Jawa industri batik terbanyak berada di Provinsi Jambi.
Memakai batik merupakan
cara kita untuk menghormati tradisi dan warisan budaya bangsa yang begitu baik,
menghormati kearifan lokal, dan menunjukkan kecintaan kita terhadap
produk-produk dalam negeri.
pemakai batik selain
menunjukkan kecintaan terhadap produk-produk dalam negeri, juga dapat
mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) berbasis batik di Indonesia,
sehingga akan membantu memperkokoh perekonomian nasional. Batik Indonesia
sendiri telah diakui sebagai warisan budaya takbenda (intangible cultural
heritage) oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, yang kemudian diperingati sebagai
Hari Batik Nasional.
Selain itu batik juga memiliki
nilai seni yang tinggi sehingga sangat fashionable untuk digunakan dalam
berbagai acara atau kegiatan baik resmi maupun kasual. Jadi, ada makna dan
manfaat besar dalam kebiasaan atau tradisi kita menggunakan batik, baik dari
aspek fesyen, aspek sosial budaya, maupun aspek ekonomi.
Pengembangan industri
batik, membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Pemerintah bekerja sama
dengan berbagai stakeholder seperti asosiasi, pelaku usaha, desainer,
akademisi, marketplace, hingga influencer untuk dapat mengembangkan,
memperkenalkan, serta mempromosikan potensi kekayaan batik Indonesia. serta
industri batik juga masuk dalam salah satu sub sektor prioritas dalam
implementasi peta jalan terintegrasi Making Indonesia 4.0.
Industri batik mendapat
pengembangan karena dinilai mempunyai daya ungkit besar dalam mendongkrak
pertumbuhan ekonomi nasional. Industri batik yang ada di Indonesia mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian nasional dan
produknya telah diminati di pasar global. 
Indikasi geografis
dapat diberikan bagi produk batik yang telah memiliki reputasi dan ciri khas
yang berkaitan dengan faktor alam, faktor manusia, maupun gabungan faktor
keduanya pada batasan geografis setempat.
Nilai
Produksi Industri Batik di Indonesia 
Berdasarkan hasil
pengumpulan data, diketahui nilai produksi batik di Indonesia mencapai 407,5
miliar rupiah per bulan atau setara 4,89 triliun rupiah per tahun. Pencapaian
produksi tersebut ditopang oleh tenaga kerja sebanyak 37.093 orang.
Diperkirakan jumlah tenaga kerja dan nilai produksi batik yang tercatat masih
di bawah dari nilai aktual (undervalued) karena beberapa provinsi tidak
memiliki printing tentang nilai kedua variabel tersebut.
Permasalahan
Industri Batik Di Indonesia 
Antusiasme masyarakat di
Indonesia terhadap batik baik untuk pakaian formal maupun sehari-hari semakin
tinggi dari waktu ke waktu. Namun demikian, industri ini juga tidak terlepas
dari berbagai permasalahan. Dimulai dari ketersediaan printing, faktor produksi
seperti bahan baku dan tenaga kerja, hingga fokus dalam pengembangan kain
lokal.
Diversifikasi  Produk 
dan  Inovasi  Terhadap 
Ragam  Hias Sangat  Dibutuhkan 
Untuk  Menambah Peluang Bagi
Produk Batik Indonesia Di Pasar Global
1.      Standarisasai Batik.
Dalam pemasarannya, industri batik di Indonesia harus
memperhatikan beberapa hal, salah satunya terkait standar dan mutu produk, baik
secara nasional maupun internasional. Di 
samping  sebagai  acuan 
bagi  industri  batik, 
hal  ini  juga 
menjadi  salah  satu 
untuk meningkatkan  daya  saing 
dan  nilai  terhadap 
produk  mereka.  Di 
Indonesia,  standar  dan ketentuan 
mutu  produk  ini 
tidak  hanya  mengacu 
pada  SNI,  melainkan 
juga  standar internasional  ISO. 
Untuk  standar  internasional 
yang  berkaitan  dengan 
sistem  manajemen mutu.
2.      Kebijakan
domestic
Dalam melaksanakan internasionalisasi batik Indonesia ke
pasar global, aktor utama yang berperan adalah industri batik (IKM). Namun
pelaksanaan tersebut tidak terlepas dari dorongan dan stimulus dari pemerintah
melalui sasaran rencana strategis dan kebijakan untuk mendukung dan
memperlancar proses internasionalisasi tersebut. Kebijakan ini meliputi:
a)      Pengadaan 
Pelatihan,  Penelitian,  dan Pengembangan  Batik 
Dalam  rangka meningkatkan daya
saing IKM, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian memberikan  fasilitasi 
yang  sesuai.
b)      Pemberian 
Fasilitas  dan Akses  Pembiayaan 
IKM  Batik  Kebutuhan 
IKM  batik untuk  menembus 
pasar  global  memang 
menjadi  suatu  tantangan, 
mengingat skala industri yang masih kecil dan menengah sehingga memiliki
keterbatasan di berbagai  aspek.
3.      Performa
perdagangan internasional batik
Seperti yang 
telah  disinggung  sebelumnya 
bahwa  industri  batik 
di  Indonesia masih berskala kecil
dan menengah. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi perajin, pengusaha,
serta pemerintah untuk terus berupaya dalam meningkatkan dan melestarikan batik
sebagai warisan  budaya  dunia
Strategi memasarkan Batik 
1.      Mamanfaatkan
Internet.
2.      Dengan
membuat took online
3.      Pasang
iklan di google adword
4.      Pasang
di facebook ads
5.     
Pasang e commerce luar negeri.
Kolaborasi batik dengan industry
fashion korea
kolaborasi
antara para pelaku fesyen batik dengan para pelaku industri fesyen Korea ini
diharapkan akan menjadi titik balik pengembangan batik agar bisa masuk ke
industri fesyen dunia mengingat Korea menjadi salah satu kiblat fesyen dunia.
Dengan memadukan kain sutra dengan batik asal Jawa Tengah agar batik bisa
dikenal luas dunia khususnya di Korea dan agar bisa menyaingi industri musik
K-Pop dan drama Korea.
Korea
Selatan yang selama ini dikenal sebagai penghasil kain sutra terbaik di dunia.
Dan ketika mereka ingin bekerjasama dengan para pelaku industri batik di tanah
air. Ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi para pengrajin batik di
Indonesia agar bisa menghasilkan desain batik terbaik yang dikolaborasi dalam
kain sutra asal kota Jinju agar menjadi produk fesyen terbaik untuk
perkembangan fesyen dunia
Sementara
desainer asal Korea Selatan, Park Seon-ock yang merancang hanbok modern dari
kain sutra yang dikolaborasi dengan desain batik asal Pekalongan, Jawa Tengah
ini mengaku senang bisa bekerja sama dengan pra pengrajin dan desainer batik
asal Indonesia. Terlebih batik menjadi warisan budaya Indonesia yang mulai
dikenal luas di dunia.
Berkolaborasi
dengan para pengrajin batik di Indonesia yang mengaplikasikan desainnya dalam
kain sutra yang kami miliki. Dan dengan kolaborasi ini kami berharap kain sutra
dan batik akan bisa dikenal lagi di dunia dan menjadi hal yang baik bagi
pengembangan fesyen di kedua Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Indah Soesanti, IPTEK, Journal of Proceeding Series,
Vol. 1, 2014 (eISSN: 2354-6026)
Ulil Hartono, Anang Kistyanto, Fandi Fatoni, Yuyun
Isbanah, Ika Diyah Candra Arifah, 2022, Peningkatan Pangsa Pasar Umkm Batik
Melalui Optimalisasi Pemasaran Digital Berbasis Web
Aurum Dinar Sukmawati1, Achmad
FathoniKurniawan, 2020, strategi dan kebijakan promosi atikdi pasar global

Komentar
Posting Komentar