Peluang dan Tantangan Digital Marketing di Era Revolusi Industri 4.0


Name : Rifka Fadilla

NIM    : 20101011161

Kelas   : Manajemen A4

Matkul : Digital Marketing

 

Peluang dan Tantangan Digital Marketing di Era Revolusi Industri 4.0

 

     Revolusi industri 4.0 akan membawa banyak perubahan dengan segala konsekuensinya, industri akan semakin kompak dan efisien. Namun ada pula risiko yang mungkin muncul, misalnya berkurangnya Sumber Daya Manusia karena digantikan oleh mesin atau robot. Secara singkat, pengertian industri 4.0 adalah tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi cyber. Pada industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data. Hal tersebut mencakup sistem cyber-fisik, internet of things (IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif. Orang yang memperkenalkan Revolusi Industri 4.0 adalah Prof. Klaus Martin Schwab, seorang teknisi dan ekonom Jerman, yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum. Dalam bukunya The Fourth Industrial Revolution (2017), ia menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. Teknologi digital dan internet mulai dikenal pada akhir era ini. Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan berkembangnya Internet of/for Things, kehadirannya begitu cepat. Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru, serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-sharing seperti Go-jek, Uber, dan Grab.

Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, revolusi industry 4.0 telah membawa perubahan-perubahan yang mungkin tak terduga sebelumnya. Seperti kita menyaksikan pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online atau ojek pangkalan vs ojek online. Semua itu pada akhirnya berdampak kepada public, dimana dalam hal ini public diuntungkan dengan menjadi lebih mudah untuk mendapatkan layanan transportasi dan bahkan dengan harga yang sangat terjangkau. Yang lebih tidak terduga, layanan ojek online ternyata tidak sebatas sebagai alat transportasi alternatif   tetapi juga merambah hingga bisnis layanan antar (online delivery order). Dengan kata   lain, teknologi online telah membawa perubahan yang besar terhadap peradaban   manusia dan ekonomi. Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya. 

Reported by from Boston Consulting Group (BCG), Jaya Addan mentioned four affected areas by the industrial revolution 4.0. First is the product. Second, Revenue Growth (revenue growth). The third Employment can be interpreted as also the increased availability of jobs. Fourth, investment (investment) is increasing, this is influenced by the increase of three previous aspect.

Berdasarkan laporan riset pengukuran daya saing digital Indonesia di 34 provinsi, East Ventures  Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2022. Daya saing digital di daerah-daerah di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Ini terlihat dengan skor EV-DCI 2022 sebesar 35,2 yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 32,1 (2021) dan dua tahun sebelumnya, yaitu 27,9 (2020). Penurunan kesenjangan daya saing digital ini juga terlihat dari nilai spread yang semakin kecil. Nilai spread atau selisih antara skor provinsi tertinggi (DKI Jakarta 73,2) dan terendah (Papua 24,9) untuk EV-DCI 2022 yaitu 48,3, sementara pada 2021 dan 2020 masing-masing 55,6 dan 61,9.

Pertumbuhan ekonomi digital tidak terlepas dari peran berbagai stakeholder di berbagai sektor. Transformasi digital ikut berkembang dan berkontribusi terhadap sektor-sektor esensial yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari, misalnya sektor logistik, fintechedutech, dan healthtech. Transformasi digital juga telah lebih dahulu menyentuh sektor pariwisata dan e-commerce.

Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi juga tantangan bagi generasi milineal. Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) dalam Kompas.com, Selasa (24/4/2018), menyatakan bahwa akan ada jenis pekerjaan yang hilang seiring berkembangnya revolusi industri 4.0. Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan, Pelatihan, dan Produktivitas Kemnaker Bambang Satrio Lelono menyampaikan, sebanyak 57 persen pekerjaan yang ada saat ini akan tergerus oleh robot. Namun, masih menurut artikel tersebut, di balik hilangnya beberapa pekerjaan akan muncul juga beberapa pekerjaan baru. Bahkan, jumlahnya diprediksi sebanyak 65.000 pekerjaan. Bambang mengatakan, yang harus dilakukan sekarang adalah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

Untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus memiliki kemampuan yang tidak akan bisa dilakukan oleh mesin. Misalnya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas. Soft skill adalah kuncinya. Untuk dapat menghadapi perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para pekerja yang memiliki soft skill seperti diantaranya pemecahan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi, dan fleksibilitas kognitif. Hal tersebut memiliki artian, soft skill menjadi salah satu faktor paling penting untuk dimiliki para pekerja di masa depan, seperti kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain, memecahkan masalah, serta aspek kecerdasan emosional lainnya. Pada umumnya, industri menekankan kebutuhan akan karyawan yang bisa terus belajar, cepat beradaptasi dan melek teknologi. Maka dari pada hal tersebut, sistem pendidikan juga menekankan pengembangan soft skill, selain keterampilan teknis, generasi milenial ke depan bisa lebih mampu beradaptasi secara cepat terhadap perubahan dan memiliki bekal mumpuni untuk menghadapi masa depan dan pengembangan karirnya di tengah geliat revolusi industri 4.0.

Di era ekonomi digital, Marketing 4.0 mulai diperkenalkan. Marketing 4.0 merupakan pendekatan terbaru dalam dunia pemasaran yaitu pendekatan pemasaran yang mengkombinasikan interaksi online dan interaksi offline antara perusahaan dengan pelanggan yang tujuan utamanya yaitu memenangkan advokasi konsumen. 

Selain mengkombinasikan online dan offline, marketing 4.0 juga mengintegrasikan antara style dan substance, karena style itu penting namun orang tidak hanya butuh stye saja tetapi juga ingin tahu substansinya, jadi substansi juga penting. Artinya merek tidak hanya memprioritaskan branding bagus tetapi juga meyuguhkan konten yang bagus dan relevan dengan  kemasan yang up-to-date.

Marketing 4.0 tidak hanya mengembangkan konektivitas machine-to-machine dalam rangka mendongkrak produktivitas tetapi juga harus diimbangi dengan pengembangan konektivitas human-to-human yang justru akan memperkuat keterlibatan pelanggan. Sehingga perkembangan teknologi tidak berhenti pada teknologi itu sendiri.

Di era marketing 4.0, dalam dunia kuliner pun sudah banyak beberapa brand yang menerapkan strategi pemasaran ini. Persaingan dunia kuliner yang demikian ketat menuntut pebisnis kuliner harus bisa memanfaatkan konsumen dan semua pihak terkait agar mau bekerjasama meningkatkan brand awareness secara online dan offline. Jadi tak heran lagi jika saat ini banyak brand yang menggunakan jasa food blogger untuk meningkatkan brand awareness dan angka penjualannya. 

Tidak hanya strategi online, offline pun penting. Pebisnis harus tetap memikirkan brand activation agar bisa bertemu langsung dengan customer. Disamping acara offline brand activation dilaksanakan, harus juga dikomunikasikan secara online agar netizen juga mengerti semua acara offline yang diadakan oleh perusahaan. Di era saat ini, Marketing 4.0 memang harus dijalankan agar sebuah brand bisa memenangkan persaingan.

Keberhasilan perusahaan dalam melakukan komunikasi pemasaran digital pada era revolusi 4.0 ini memberikan keuntungan berupa kemampuan perusahaan dalam menjaring lebih banyak konsumen melalui pendekatan global.

Sebagai contoh, pemasaran digital yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan menggunakan media sosial seperti facebook, instagram, blog, dan jejaring sosial lainnya. Dengan cara ini, perusahaan tersebut mampu menjangkau konsumen ke sudut-sudut dunia, yang hampir tanpa mengenal batas.

Lakshmi, Mahboob and Chudhary (2017) menjelaskan beberapa keuntungan pemasaran menggunakan digitalisasi:

  1. Penyebaran informasi yang lebih cepat kepada konsumen
  2. Menjangkau konsumen dengan area yang lebih luas
  3. Teknologi merupakan asset untuk bisnis
  4. Memberikan lebih banyak pilihan dengan mengkreasikan media yang merupakan kombinasi dari audio, visual, teks dan media interaktif

Dampak positif lain dari penggunaan sosial media menurut Iblasi, Bader and AlQreini (2016), Rugova and Prenaj (2016) adalah kesadaran merk naik, meningkatkan loyalitas merk, lebih banyak peluang untuk meraih pelanggan baru, trafik percakapan yang meningkat, otoritas merkmeningkat, menurunkan biaya pemasaran, peringkat naik di search engine, memperkaya pengalaman konsumen dengan memberdayakan interaksi yang intens dengan konsumen  (Yustina Chrismardani, 2018).

Selain dampak positif, penggunaan digital marketing dalam konteks pemasaran juga mendatangkan dampak negative. Hal ini pula yang menjadi tantangan bagi pelaku bisnis di masa akan datang. Selain menginginkan hal secara cepat dan praktis, konsumen selalu senantiasa berubah, baik dari segi selera, keinginan dan kebutuhan. Masyarakat mudah sekali merasa bosan dengan satu hal dan mempunyai keinginan yang cukup kompleks. Mereka pun lebih pintar dalam memilih mana produk yang sesuai dengan mereka, dan mana yang tidak. Ini menjadi tantangan karena menuntut pemilik bisnis untuk lebih sering memutar otak dan berinovasi dalam menciptakan produk serta jasa. Di samping dampak positif, strategi pemasaran di era digitalisasi ini mendapat tantangan. Beberapa tantangan yang paling fundamental adalah terbukanya persaingan usaha yang semakin ketat. Karena konsumen dihadapkan oleh jumlah dan jenis produk yang sama banyaknya, maka, perilaku konsumen cenderung membeli barang dari harga yang ditawarkan. Mereka tidak peduli lagi dengan merk. Melalui berbagai macam platform, konsumen bisa bebas memilih produk yang sama, merk yang sama, dengan harga yang lebih murah. Hal ini tentu saja mendorong perusahaan untuk memilih perang harga sebagai sebuah strategi pemasaran ketimbang mempertahankan kekuatan merk secara radikal.

Tantangan lainnya, konsumen lebih percaya untuk membeli produk dari berbagai platform pemasaran yang memiliki reputasi dan brand, seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan lain sebagainya. Sehingga, produsen di masa depan suka atau tidak suka mesti bekerjasama dengan platform tersebut, jika ingin penjualan produknya lebih luas dan meningkat. Ketergantungan produsen terhadap marketplace ini menjadi tantangan tersendiri karena pasar digital itu menawarkan berbagai macam produk yang sama, merk yang sama, terkadang dengan harga yang lebih murah. Pada akhirnya, perang harga menjadi pilihan dalam strategi pemasaran, bukan lagi perang merk. Selain itu, ketergantungan tinggi para produsen terhadap berbagai macam platform marketplace memicu masalah baru, karena harga produk di masa depan cenderung bisa dikendalikan oleh pemilik marketplace.

Teknologi digital memegang peranan penting di dalam dunia pemasaran di era digital saat ini. Perkembangan digital yang sangat pesat memberikan peluang baru di dunia pemasaran sebagai jalan baru untuk memasarkan produk dan jasa. Digital marketing adalah strategi pemasaran yang memanfaatkan teknologi digital untuk memasarkan produk dan jasa ke pemasaran online. Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0 sehingga segala aktivitas dalam dunia industri harus mampu memanfaatkan teknologi digital yang telah ada. Digital marketing ini dapat dijadikan sebagai strategi yang sangat efektif dan efisien dalam proses pemasaran dan menarik konsumen untuk mengenal produk dann jasa yang ditawarkan. Tidak hanya korporasi besar saja, digital marketing juga sudah mulai diterapkan oleh unit usaha kecil dan menengah. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia sudah mampu bersaing di era revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan usahanya. Mengingat kondisi pandemi Covid-19 sejak dua tahun terakhir yang tidak tahu kemana ujungnya. Para pelaku usaha mau tidak mau harus menerapkan strategi digital marketing untuk menarik minat konsumen terhadap produk dan jasa yang ditawarkan. Sistem pemasaran yang menerapkan digital marketing harus menggunakan strategi pemasaran yang matang agar dapat sesuai dengan target pasar serta memenuhi kebutuhan konsumen.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PELUANG DAN TANTANGAN DIGITAL MARKETING ERA REVOLUSI 4.0

Peluang dan Tantangan Digital Marketing di Era Revolusi Industri 4.0

Nofiana Nur Afida "Peluang Dan Tantangan Sistem Informasi Manajemen Di Era Revolusi Industri 4.0”