PELUANG DAN TANTANGAN DIGITAL MARKETING DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 Yunia Mila
Nama : Yunia Milakhunnisa'
NIM                            :
20101011113
Prodi / Kelas              : Manajemen A3
Mata Kuliah              : Digital Marketing
Dosen Pengampu : Andi Tri Haryono, SE.,MM
PELUANG DAN TANTANGAN DIGITAL MARKETING DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Yunia Milakhunnisa’
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Unuversitas Wahid Hasyim Semarang
Abstrack
This
study examined the influence of e-commerce application, social media instagram
and digital marketing to online purchases of millennial generation consumers.
Respondents of this study were 152 university students who have already shopped
online at e-commerce applications,
have ever seen e-commerce
advertisements on electronic media and have used social media instagram for
online shopping participated in this reseach. There are several findings in
this study. First, e-commerce application has positive influence to online
purchases of millennial generation consumers. Second, social media instagram
has postive effect to online purchases of millennial generation consumers.
Third, digital marketing has positive effect to online purchases of millennial
generation consumers.
Keywords
: industrial revolution 4.0, e-commerce, instagram, digital marketing, instant
online buying, millennial generation consumer
Abstrak
Penelitian ini menguji pengaruh aplikasi e-commerce,
media sosial instagram dan digital pemasaran hingga pembelian online konsumen
generasi milenial. Responden penelitian ini berjumlah 152 orang mahasiswa yang
sudah pernah berbelanja online di aplikasi ecommerce, pernah melihat iklan ecommerce
di media elektronik dan pernah menggunakan media sosial instagram untuk belanja
online berpartisipasi dalam penelitian ini. Ada beberapa temuan dalam
penelitian ini. Pertama, aplikasi e-commerce memiliki pengaruh positif terhadap
pembelian online konsumen generasi milenial. Kedua, media sosial instagram
berpengaruh positif terhadap pembelian online konsumen generasi milenial. Ketiga,
digital pemasaran berpengaruh positif terhadap pembelian online konsumen generasi
milenial.
Kata Kunci: revolusi industri 4.0, e-commerce,
instagram, pemasaran digital, pembelian online instan, konsumen generasi
milenial
PENDAHULUAN
Revolusi
industri 4.0 sudah mulai terdengar pada era tahun 2000-2005 ketika internet
berkecepatan tinggi mulai berkembang. Istilah tersebut semakin bergema saat
sistem internet juga merambah semua produk pelayanan masyarakat berkat adanya
penyimpanan cloud hingga big data. Dalam
acara Hannover Trade Fair di tahun 2011, terjadi pembahasan mengenai proses
produksi dalam industri yang harus ada pembaruan. Hal ini karena adanya
perkembangan pesat terkait sistem internet. Pemerintah Jerman menanggapi
gagasan tersebut dengan sangat serius, hingga akhirnya mereka membentuk sebuah
tim khusus untuk merealisasikannya. 
Pada
tahun 2015, dalam pertemuan tahunan World Economy Forum (WEF), Kanselir
Jerman  Angela Markel mengartikan bahwa
revolusi industri  4.0 adalah
transformasi komprehensif yang menyelimuti seluruh aspek produksi, dari
industri melalui peleburan teknologi dan digital dengan industri konvensional. Pada tahun yang sama, Schlechtendahl
dkk. memunculkan definisi yang memberi penekanan pada unsur kecepatan dari
ketersediaan sebuah informasi. Yaitu sebuah lingkungan industri yang mana
seluruh entitasnya dapat selalu terhubung serta mampu berbagi informasi dengan
mudah satu sama lain.
Sebelumnya,
pada tahun 2013, Kagerman dkk. seperti dikutip dari Wikipedia juga memunculkan
definisi yang lebih teknis. Ia mengistilahkan Revolusi Industri keempat sebagai
integrasi dari Cyber Physical System (CPS) & Internet of Things and
Services (IoT dan IoS) ke dalam proses industri yang mencakup proses
manufaktur, logistik dan proses-proses lainnya.
Sebagai
kelanjutan pernyataan Markel di WEF, pada tahun 2016,  Profesor Klaus Schwab, ekonom Jerman
terkemuka  yang juga merupakan founder
sekaligus Executive Chairman WEF, meluncurkan buku berjudul “The Fourth
Industrial Revolution” saat pertemuan di Davos. Dalam buku tersebut, Schwab
mengemukakan pendapatnya bahwa revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan
kerja manusia secara fundamental. Pasalnya, revolusi industri tersebut memiliki
skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas daripada revolusi yang
sudah terjadi sebelumnya. Kemajuan teknologi baru, yang mengintegrasikan dunia
fisik, digital dan biologis, telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi,
industri maupun pemerintah. Sesuai
namanya, revolusi industri saat ini merupakan fase keempat dari perjalanan
revolusi industri yang telah mengubah sejarah dunia. 
PEMBAHASAN
Digital
marketing adalah praktik pemasaran yang menerapkan saluran “distribusi digital”
untuk menjangkau konsumen dengan cara yang efektif, personal dan cost effective
(Satyo, 2009). Kegiatan-kegiatan pemasaran dilakukan secara intensif
menggunakan media komputer, baik melalui penawaran produk, pembayaran dan
pengirimannya. Penggunaan social media adalah salah satu tools dari digital
marketing.
Era
baru digital marketing telah masuk ke dalam praktik kehidupan masyarakat
modern. Pasar-pasar baru dan produsen-produsen baru telah tercipta dengan
menggunakan internet. Pemanfaatan internet membuat jaringan masyarakat dunia
tersatukan dalam apa yang disebut satu kampung global. Dengan pengguna yang
makin luas dan global meliputi berbagai bangsa di seluruh dunia, setiap
masyarakat telah menjadi obyek pasar bagi para produsen sekaligus menjadi
pelaku pasar itu sendiri.
PELUANG 
Digitalisasi dalam revolusi industri
keempat juga meningkatkan beberapa peluang bisnis. Antara lain industri
fintech, software As a Service (SaaS), cloud hosting, Bisnis jual beli inline,
On-Demand Service dan Online Marketing. Peluang
industrial tersebut sekaligus memunculkan beberapa profesi prospektif. Beberapa
di antaranya adalah Data Scientist, Koordinator robot, Arsitek jasa IoT /
IT,  Programmer / insinyur komputer,
UI/UX designer yang bertugas  membuat
tampilan atau antarmuka (interface) untuk produk digital seperti website, ahli
keamanan siber (cyber security), ahli pemasaran digital (digital marketing) dan
berbagai profesi yang mungkin saat ini belum bisa kita duga. 
Revolusi industri 4.0 menciptakan perubahan dan
peluang bisnis yang baru. Hal ini didorong dengan perkembangan penggunaan
internet, sehingga banyak pelaku bisnis yang sadar untuk memanfaatkan internet
dalam proses berbisnis. Era industri semakin menegaskan kehidupan masyarakat
tidak dapat lepas dengan kemajuan teknologi. pada era ini banyak orang yang
sibuk dengan urusan pekerjaan. akhirnya, mereka tidak memiliki banyak waktu
untuk berbelanja secara langsung. Revolusi industri 4.0 merupakan fase revolusi
teknologi yang mengubah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup,
kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup yang sebelumnya.
Prinsip dasar revolusi industri 4.0 adalah
menggabungkan mesin, alur kerja, dan sistem dengan menerapkan jaringan cerdas
di sepanjang rantai dan proses produksi. Hal ini bertujuan untuk mengendalikan
satu sama lain secara mandiri. Perkembangan teknologi yang pesat akan mendorong
perubahan perilaku masyarakat, dan peningkatan kebutuhan akan mendorong
berubahnya dan terciptanya peluang bisnis dan pekerjaan baru.
Penggunaan internet dalam proses berbisnis akan terus
mengalami perkembangan. Mulai dari pertukaran informasi secara elektronik ke
aplikasi strategi bisnis, pemasaran, penjualan, hingga pelayanan pelanggan. Internet
juga akan mendukung komunikasi dan kerja sama global antara karyawan, konsumen,
penjual, dan rekan bisnis yang lainnya. Selain itu, internet juga memungkinkan
orang dari suatu organisasi atau lokasi yang berbeda dapat bekerja sama sebagai
satu tim virtual untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan memelihara
produk atau pelayanan.
Revolusi industri 4.0 ditandai
dengan peningkatan digitalisasi manufaktur yang didorong oleh beberapa faktor
di bawah ini:
1.     
Peningkatan
volume data, kekuatan komputasi, dan konektivitas.
2.     
Munculnya
analisis, kemampuan, dan kecerdasan bisnis.
3.     
Terjadinya
bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin.
4.     
Perbaikan
instruksi transfer digital ke dalam dunia fisik, seperti robotika dan 3D
printing.
5.     
Aktivitas
serba internet atau internet of things.
6.     
Mengandalkan
keterbukaan informasi dan aksesibilitas.
Revolusi industri 4.0 terlihat
melalui digitalisasi di berbagai bidang yang akan menghubungkan jutaan manusia
melalui website, blog pribadi, dan platform berbasis web lainnya. Sehingga akan
meningkatkan peluang bisnis, efisiensi bisnis dan organisasi, serta memperbarui
lingkungan hidup melalui manajemen aset yang lebih baik. Teknologi akan
mempermudah manusia untuk mengakses suatu informasi melalui teknologi digital
secara bebas dan terkendali. Kedepannya, perkembangan teknologi akan membentuk
masyarakat dunia baru, yaitu masyarakat era digital.
Untuk bisa beradaptasi dengan
perubahan yang dibawa oleh revolusi industri 4.0, seorang pekerja harus
memiliki kemampuan yang tidak dapat dilakukan oleh mesin. Salah satu contohnya
adalah kemampuan untuk memecahkan masalah atau kreativitas, dimana soft skill
merupakan kunci utamanya.
Agar dapat menghadapi
perubahan pada tahun-tahun mendatang, dibutuhkan para pekerja yang memiliki
soft skill seperti pemecahan masalah yang kompleks, pikiran yang kritis,
kreativitas, manajemen manusia, berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan
emosional, penilaian dan pengambilan keputusan, berorientasi servis, negosiasi,
dan fleksibilitas kognitif.
TANTANGAN 
Selain dampak positif, penggunaan digital marketing
dalam konteks pemasaran juga mendatangkan dampak negative. Hal ini pula yang
menjadi tantangan bagi pelaku bisnis di masa akan datang. Selain menginginkan
hal secara cepat dan praktis, konsumen selalu senantiasa berubah, baik dari
segi selera, keinginan dan kebutuhan. Masyarakat mudah sekali merasa bosan
dengan satu hal dan mempunyai keinginan yang cukup kompleks. Mereka pun lebih
pintar dalam memilih mana produk yang sesuai dengan mereka, dan mana yang
tidak. Ini menjadi tantangan karena menuntut pemilik bisnis untuk lebih sering
memutar otak dan berinovasi dalam menciptakan produk serta jasa.
Penggunaan teknologi digitalisasi dalam pemasaran
telah membuka ruang persaiangan usaha yang semakin ketat dan tinggi. Hal itu
karena teknolog mampu mengintegrasi saluran bisnis sehingga dapat dilakukan
tanpa batasan ruang dan waktu. Efeknya, sebuah bisnis bisa menjalin kerja sama
dengan bisnis lain di belahan dunia mana saja. Dan tentu saja, sebuah bisnis
juga mendapatkan kompetitor dari berbagai bisnis lain di belahan dunia mana
saja pula. Jika tidak dibarengi dengan inovasi yang terus menerus, maka bisnis
akan tertinggal dari kompetitor. Selain itu, tantangan lain yang kerap ditemui
ketika berhubungan dengan kompetitor adalah bagaimana caranya untuk bersaing
secara sehat. Karena pada dasarnya hal tersebut memang sangat penting untuk
diterapkan. Jika mampu bersaing dengan sehat, maka akan terbentuk iklim yang
baik dalam bisnis.
Akibat ketatnya persaingan usaha, penjual seringkali
tergoda untuk bermain harga. Mereka cenderung mengabaikan merek karena selera
public terkadang memang berangkat dari persoalan harga. Sebuah penelitian tentang
kemampuan pemasaran UMKM yang dilihat dari dimensi kemampuan branding dan
inovasi menunjukkan bahwa mereka setuju jika merek merupakan aset penting dan
peran media sosial dalam pemasaran tidak diragukan. Akan tetapi, hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam transaksi jual beli secara daring,
kekuatan (reputasi) merek bukan merupakan sesuatu yang dipandang krusial oleh
konsumen. Tawaran makanan dan minuman yang relatif sama misalnya, mendorong
konsumen untuk cenderung melihat harga. Hasil penelitian ini juga
mengindikasikan bahwa pelaku UMKM sebenarnya memahami bahwa merek itu penting
dan inovasi adalah wajib, namun dikarenakan tingkat kemahiran yang rendah
menyebabkan strategi perang harga menjadi andalan dalam memenangkan persaingan
(Alfian Budi Primanto, 2020).
Tantangan lainnya, sebagaimana pandangan Kotler dan
Keller (2016), yang menyatakan bahwa dalam pemasaran digital, rawan terjadi
distorsi pada akurasi interaksi konsumen dan pesan yang ingin disampaikan.
Lebih lanjut, Bostanshirin (2014) menyatakan pula bahwa pola komunikasi
pemasaran digital masih baru diterima konsumen, sehingga konsumen memiliki
keraguan saat menerima informasi.
Sebagai contoh pemasaran digital yang dilakukan
Amazara. Hasil riset menunjukkan bahwa rata-rata konsumen yang membeli produk
Amazara karena tertarik oleh konten yang dipublikasikan dan layanan costumer
service yang responsive. Sehingga produk-produk yang dijual mendatangkan banyak
preferensi dan komentar positif dari konsumen. Pembeli tidak terlalu peduli
dengan kualitas produk.
Lakshmi, Mahboob and Chudhary
(2017), mengidentifikasi beberapa tantangan dan dampak negative penggunaan
sosial media sebagai sebuah strategi marketing dalam jangka panjang.
1.     
Meningkatkan
ketidakpuasan konsumen karena publisitas buruk, ketidakpuasan konsumen juga
lebih cepat menyebar
2.     
Kesulitan
untuk mendeteksi pernyataan konsumen yang bersifat negative
3.     
Ketidaksengajaan
melepaskan informasi yang penting atau rahasia
4.     
Kesulitan
untuk memonitor aktivitas social media dari karyawan dan mencegah untuk membuat
pernyataan tanpa autorisasi (Yustina Chrismardani, 2018).
Bostanshirin (2014) mencatat
pula beberapa hambatan dalam menerapkan pemasaran digital sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut.
Ø 
Kekurangan
interaksi langsung, dimana komunikasi pemasaran digital mengurangi pengalaman
konsumen dalam mendapatkan interaksi langsung bersifat fisik dengan perusahaan.
Permasalahan ini disebut dapat menyebabkan berkurangnya persepsi konsumen dan
pengalaman interaksi konsumen terhadap produk yang dipasarkan.
Ø 
Keamanan
dan privasi, dimana metode komunikasi pemasaran digital membutuhkan data
konsumen yang disimpan dalam cloud – metode penyimpanan yang mengandalkan
server berbasis daring. Data ini rentan disalahgunakan oleh pihak tertentu,
atau bahkan dimanfaatkan perusahaan untuk kepentingan-kepentingan tertentu
pula.
Ø 
Kekurangan
kepercayaan, dimana konsumen masih berupaya beradaptasi dengan metode baru yang
mereka miliki. Hal ini membuat konsumen memiliki beberapa keraguan terkait
komunikasi pemasaran digital yang mereka terima (Yulia Sari, 2021).
KESIMPULAN
Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa strategi
pemasaran harus dapat beradaptasi dengan kemajuan dan perkembangan zaman, dalam
konteks era digitalisasi 4.0, pemasaran produk sedapat mungkin memanfaatkan
kecanggihan teknologi. Merancang strategi pemasaran melalui digitalisasi
merupakan sebuah keniscayaan. Sebuah perusahaan yang tetap menggunakan model
pemasaran konvensional akan tertinggal oleh perusahaan-perusahaan baru yang
sejenis.
Komentar
Posting Komentar