Peluang dan Tantangan Digital Marketing di Era Revolusi Industri 4.0"
Nama	: Dika Kusumajaya 
Nim	: 20101011168 
Kelas	: Manajemen A4 Semester 5 
Matkul	: Digital Marketing 
Dosen Pengampu : Andi Tri Haryono, S.E., M.M.
 “ STRATEGI MENCARI PELUANG DAN MENGHADAPI  TANTANGAN DALAM MEMPERLUAS PANGSA PASAR UMKM  KAIN TENUN ASLI  NUSA TENGGARA TIMUR  DI ERA REVOLUSI 4.0” 
         Di era sekarang digitalisasi memberikan peluang bagi pelaku peningkatan UMKM . Pelaku UMKM diharuskan untuk ikut serta menjadi bagian dari suatu komunitas dengan memanfaatkan teknologi di era revolusi.  E-business merupakan salah satu contoh teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dalam menghadapi persaingan. Dengan menggunakan semua media sosial di internet  yang kita ketahui, merupakan salah satu contoh hal yang bermanfaat dalam memperluas jangkauan pasar. 
Dengan adanya digitalisasi juga berdampak kepada konsumen dalam berbelanja. Yang awalnya konsumen pergi ke suatu tempat untuk membeli barang tersebut, sekarang konsumen memilih belanja dengan menggunakan aplikasi. Dengan menggunakan aplikasi tersebut konsumen tidak perlu ribet-ribet pergi ke mall. 
Di dalam meningkatkan strategi penjualan di era digitalisasi para pelaku UMKM harus Memperhatikan aspek harga,kemudahan, efesiensi,pembayaran serta aspek pelayanan yang baik. Dalam bentuk digitalisasi pemasaran adalah website. 
Website merupakan media yang lebih muarh dan simple didalam pelaku UMKM melakukan suatu promosi atau pemasaran di dalam melakukan penjualan produk. 
    Dengan menggunakan website pelaku UMKM dapat melakukan promosi dengan mencakup seluruh daerah nusantara dengan mudah.
Kain tenun merupakan salah satu bagian dari warisan budaya oleh bangsa Indonesia yang sudah dikenal dari jaman prasejarah yang diperoleh dari perkembangan pakaian penutup badan setelah rumput-rumputan dan kulit kayu.
 Tenun  sendiri merupakan salah satu  identitas budaya yang sudah sangat  populer di Nusantara hingga manca negara, bahkan Indonesia adalah salah satu negara penghasil tenun terbesar terutama dalam hal keragaman corak hiasannya yang dapat dilihat dari segi warna, ragam hias, dan kualitas bahan serta  kualitas benang yang digunakan dalam memproduksi kain tenun tersebut . 
Tenunan yang diproduksi oleh keluarga memiliki nilai yang  tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh karena dalam proses pembuatannya/ penuangan motif tenunan  hanya berdasarkan imajinasi penenun sehingga dari segi ekonomi memiliki harga yang cukup mahal. Tenunan  keluarga sangat bernilai dipandang dari nilai-nilai simbolis yang terkandung di dalamnya, termasuk arti dari ragam hias yang ada karena ragam hias tertentu yang terdapat pada tenunan memiliki nilai spiritual dan mistik menurut adat 
        Di masyarakat NTT sendiri, motif kain tenun dapat mencirikan dari mana si pemakai kain tersebut berasal. Sebab dalam motif kain tenun tergambar ciri khas suatu suku atau pulau. Setiap daerah memiliki motif dan warna dasar yang berbeda – beda, begitu juga halnya dengan tenunan dari Kelompok.
  Gubernur NTT sendiri pun mewajibkan seragam pns dibuat dari tenun. Hal ini bertujuan  untuk mendorong para pengusaha tenun agar terus mengembangkan usahanya serta mempertahankan dan memajukan kearifan lokal serta dapat menembus pasar global.  Selain digunakan di lingkungan lokal, tenunan NTT juga sudah terkenal di kancah internasional.
Minat konsumen untuk membeli kain tenun sendiri dapat terlihat dari semakin banyak animo masyarakat terhadap adanya kain tenun yang didukung oleh perkembangan trend fashion dan adanya berbagai festifal kain tenun oleh fashion designer terkenal yang mengusung tema tenun ikat di setiap event mereka (baik event nasional maupun mancanegara). Sehingga tidak mengherankan bila kain tenun ikat ini sudah menjadi salah satu identitas budaya Indonesia di era Revolusi 4.0  ini, dan menjadi trend fashion yang diminati masyarakat global, khususnya masyarakat “kalangan atas/elit”. 
Dalam pengembangan UMKM  Kain Tenun di Nusa Tenggara Timur yang berjumlah 1.534 pada tahun 2019, langkah ini tidak semata-mata merupakan langkah yang harus diambil oleh Pemerintah dan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah. 
        Pihak UMKM sendiri sebagai pihak internal yang dikembangkan, dapat mengayunkan langkah bersama-sama de kreatifitas usaha dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah sehingga menghapkan agar pemerintah daerah selalu rutin melaksanakan event-event kebudayaan dan  pameran agar dapat meningkatkan pendapatan UMKM yang ada di NTT.
 karena setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan mendatangkan multiplayer efek untuk kehidupan masyarakat sekitar. Dari uraian yang dijelaskan, penelitian ini bertujuan untuk untuk menganalisa upaya perkembangan UMKM tenun untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi penenun di NTT.
 Kekayaan budaya Nusa Tenggara Timur berupa kain tenun sudah mampu menembus pasar global setelah memanfaatkan pasar daring lewat Blanja.com. Bukan hanya memberikan kemudahan bagi siapapun untuk mendapatkannya tetapi juga meningkatkan omset sampai 50%. Ini merupakan tanda bahwa dengan melewati platform digital dapat meningkatkan omset pendapatan terhadap pelaku UMKM. 
Kerajinan khas daerah dan pariwisata merupakan dua hal yang menujukan hubungan resiprokal (Amir, 2018). Artinya, kerajinan menjadi magnet wisata sehingga pariwisata bertumbuh dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas kerajinan tersebut. Tidak terkecuali tenun ikat yang merupakan kerajinan yang menjadi incaran wisatawan karena corak/motif kain yang unik yang menunjukan kekhasan budaya daerah. Dalam hal ini intensi wisatawan untuk membeli kain tenun menjadi hal yang menarik untuk dikaji.
Produk kain tenun sendiri membutuhkan waktu yang lumayan lama dalam pembuatannya  agar bisa memenuhi permintaan pasar serta untuk membuat persepsi, penilaian, dan kepuasan konsumen terhadap pelayanan yang berkaitan dengan produk lewat media sosial  tersebut. Oleh karena itu dalam digitalisasi pemasaran, produk bukan hanya soal kain dan motif , akan tetapi kualitas adalah fokus pelaku usaha kain tenun dalam pembuatannya
Menurut Dorce, kain tenun peninggalan nenek moyangnya itu telah menjadi mata pencariannya sekaligus ibu-ibu di sekitar rumahnya. Sekitar 25 orang berkumpul menjadi sebuah komunitas pengrajin tenun yang lokasinya bersebelahan dengan rumah pemenangan calon gubernur NTT, Victor Laiscodat. "Itu berkat bantuan cara pemasaran yang diberikan Telkom. Lalu ada juga bantuan dari Bank Indonesia berupa alat tenun berikut ruangannya," terangnya. Setiap bulannya, kata dia, penjualan lewat pasar daring mampu menghasilkan rata-rata Rp20 juta ditambah lagi penjualan konvensional Rp40juta. Pada beberapa kesempatan, kelompok ini kerap menjadi perwakilan kerajinan kain tenun untuk mengisi pameran tingkat nasional maupun internasional seperti di Australia, India dan Singapura. 
Dorce mengaku masih enggan untuk mengambil tawaran ekspor dengan alasan tidak mau membuat kecewa pelanggan. Pasalnya proses pembuatannya membutuhkan 8 tahapan mulai memental benang, mewarnai sampai menjadi kain tenun yang siap digunakan untuk selendang atau menjadi bahan untuk baju, peci, rompi maupun aksesoris lain. "Kenapa tidak mau ekspor sendiri karena kan tenun ini tidak bisa dipatok kuantitasnya per bulan dan kualitasnya beda-beda tergantung pembuatnya,"paparnya. Meski begitu, dia merasa bangga kain tenun NTT tetap bisa sampai benua Amerika. "Kebanyakan tamu luar negeri yang langsung datang membeli atau orang Rote yang tinggal di Amerika meminta kain, kemudian kita kirimkan. Setiap bulan masyarakat bisa mendapatkan manfaat dari kerajinan ini dan berkat bantuan Telkom yang sudah mengajarkan pemasaran, Bank Indonesia, serta BUMN lain yang sudah memberikan bantuan kepada kami," ujarnya.
Didalam pembuatan kain tenun ini sendiri ada beberapa tantangan yang harus diperhatikan hal ini mencakup bagaiaman hasil dari pembuatan kain tenun itu sendiri. 
Yaitu : 
 1. Produk tenun ikat NTT menjadi produk yang sangat diminati oleh pasar lokal, nasional bahkan di pasaran internasional. 
 2. Peralatan tenun yang dimiliki oleh pengrajin tenun di Kelompok Tenun Kampung Sabu masih bersifat tradisional 
 3. Belum adanya manajemen usaha yang baik, pengrajin belum pernah mendapat pelatihan tentang manajemen usaha. 
 4. Proses pemasaran bersifat lokal, hasil tenunan dijual di pasar lokal karena pengrajin belum mempunyai jaringan pasar yang dapat membantu memasarkan produk. 
Menurut  proses produksi, kain tenun yang ada di NTT terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu tenun ikat, tenun buna, dan tenun lotis atau sotis atau songket. 
        Seperti namanya, tenun ikat memiliki proses pembentukan motif dengan cara pengikatan benang. Di NTT, benang lungsilah yang akan diikat dan akan menghasilkan motif tertentu. 
Teknik dalam pembuatan kain tenun dengan cara menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Sedangkan, proses tenun buna atau tenunan buna adalah menenun untuk membuat corak atau motif pada kain dengan menggunakan benang yang terlebih dahulu telah diwarnai, sehingga menghasilkan motif dengan berbagai warna yang begitu memikat mata. 
Tenun lotis atau sering disebut dengan kain songket memiliki proses pembuatan yang mirip dengan tenun buna, identik dengan warna dasar gelap seperti hitam, cokelat, biru tua, dan merah hati[3]. Motif kerajinan tenun ikat di Nusa Tenggara Timur yang dihasilkan dari berbagai etnis yang ada di Kota Kupang mengambil bentukbentuk alam, seperti geometris, sulur-suluran, bunga, daun lontar, burung, ayam, dan kuda. 
Teknologi yang digunakan untuk membuat kain tradisional terdiri dari dua jenis, yaitu teknologi manual (gedogan) dan teknologi alat tenun bukan mesin 
        Proses Pembuatan tenun ikat dalam proses pembuatannya memiliki beberapa tahap, yaitu: penataan benang pada alat, pengikatan motif dan ragam hias, pewarnaan, dan penenunan.
 Maka dari itu perlunya pengembangan alat – alat dalam pembuatan tenun yang sebelumnya menggunakan alat-alat tradisional diganti dengan menggunakan alat yang lebih modern agar pengerjaan kain tenun bisa lebih cepat dan memiliki motif-motif yang menarik. Serta bisa memperluas pemasaran dengan menggunakan digital marketing dalam pemasarannya dan bisa memperluas pangsa pasar internasional yang lebih luas. 
pentingnya memperluas pangsa pasar di era revolusi digital ini terbukti sangat berguna bagi pelaku UMKM khusunya untuk pembuat kain tenun di NTT karena dapat meningkatkan omset-omset penjualan.
Selanjutnya pengembangan pelaku UMKM seharusnya melakukan atau membuat suatu pelatihan bagi anak – anak pemuda di sekitar agara juga dapat membuat kain tenun. Serta melakukan sosialisasi terkait dengan teknologi informasi yang berguna bagi pemasaran kain tenun yang sudah melakukan pemasaran bukan hanya di nusantara saja tetapi sudah mencapai luar nusantara. 
        Dengan adanya pelatihan – pelatihan tersebut  di hari esok remaja-remaja akan lebih ber inovasi dan kreatif dalam menjalankan bisnis kain tenun.  Tidak dapat dipungkiri jika revolusi industri 4.0 ini membuka peluang bagi siapapun. Informasi yang sangat melimpah dengan adanya website sebagai salah satu contoh kecil dalam memperluas jangkauan pasar serta memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu dan perekonomian.  Dengan adanya revolusi industri 4.0 juga diharapkan bagi pelaku UMKM apapun dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena memang dengan kita bisa melakukan hal – hal yang tepat di era sekarang, kita bisa mendapatkan timbal baliknya sendiri .
Komentar
Posting Komentar